Friday, April 12, 2013

Muraqabah

Muraqabah sebagaimana yang dikatakan oleh pengarang Manazilus –Sa’irin artinya terus menerus menghadirkan hati bersama Allah. Sedangkan Ibnu Qaiyim al-Zaujiyah rahimahullah menyebutkan bahwa muraqabah artinya pengetahuan hamba secara terus menerus dan keyakinannya bahwa Allah mengetahui zhahir dan bathinnya. Muraqabah ini merupakan pengetahuannya bahwa Allah mengawasinya, melihatnya, mendengar perkataannya, mengetahui amal di setiap waktu dan di manapun, mengetahui setiap hembusan napas dan tak sedikitpun lolos dari perhatian-Nya. Muraqabah ini merupakan salah satu bentuk ibadah kepada Allah dengan pemahaman sifat “Arraqib, Al-Alim, Assami’ dan Al-Bashir” pada Allah SWT. Maka barang siapa yang memahami Sifat Allah ini dan beribadah atas dasar konsekwensi Sifat-sifat-Nya ini; akan terwujud dalam dirinya sifat muraqabah.
 
Muraqabatullah lahir dari keyakinan bahwa Allah SWT mengetahui semua perbuatan manusia baik yang dilakukan secara sembunyi maupun terang-terangan. Tidak ada perbuatan manusia sedikit pun yang luput dari pengawasan-Nya.

Allah berfirman, “Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS 2: 284).

Suatu hal yang sudah pasti dari adanya sifat seperti ini adalah optimalnya ibadah yang dilakukan seseorang serta jauhnya ia dari kemaksiatan. Karena ia menyadari bahwa Allah senantiasa melihat dan mengawasinya. Abdullah bin Dinar mengemukakan, bahwa suatu ketika saya pergi bersama Umar bin Khattab ra, menuju Mekah. Ketika kami sedang beristirahat, tiba-tiba muncul seorang penggembala menuruni lereng gunung menuju kami. Umar berkata kepada penembala: “Hai pengembala, juallah seekor kambingmu kepada saya.” Ia menjawab, “Tidak !, saya ini seorang budak.” Umar menimpali lagi, “Katakan saja kepada tuanmu bahwa dombanya diterkam serigala.” Pengembala mengatakan lagi, “kalau begitu, dimanakah Allah?” Mendengar jawaban seperti itu, Umar menangis. Kemudian Umar mengajaknya pergi ke tuannya lalu dimerdekakannya. Umar mengatakan pada pengembala tersebut, “Kamu telah dimerdekakan di dunia oleh ucapanmu dan semoga ucapan itu bisa memerdekakanmu di akhirat kelak.”

Seseorang yang selama ini belum memiliki rasa muraqabah atau telah kehilangan rasa muraqabah tersebut seyogyanya untuk segera bertaubat dengan meninggalkan semua perbuatan tercela yang telah dilakukannya, namun taubat saja belum cukup kalau tidak diikuti dengan mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala sehingga Allah SWT akan menjadi ridha. ( Wallaahu’alam bishawab)




0 comments:

Post a Comment