Dari Abu Sa’id Al Khudri radiallahuanhu berkata : Saya mendengar Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :
"Siapa yang melihat kemungkaran maka ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman."(Riwayat Muslim)
Hadist di atas menjelaskan kepada kita perihal perintah utama dalam agama Islam yaitu berkenaan Amar Ma’ruf dan Nahi Mungkar. Ia adalah perkara penting karena dengan perintah inilah Allah mengutuskan para Rasul dan Nabi-Nabi. Sekiranya Allah menghentikan dan membiarkannya, pasti terputuslah agama Islam di muka bumi ini. Agama akan lenyap kerana tidak ada nabi yang diutuskan, kesesatan dan kebodohan tersebar di sana sini, kerusakkan merajalela, negara akan hancur dan manusia akan binasa. Hadist ini menunjukkan bahawa mengingkari perkara mungkar hukumnya WAJIB sesuai dengan kemampuan yang kita miliki. Di dalam hadis ini jelas menyatakan bahawa mengingkari perkara mungkar dengan hati adalah SELEMAH-LEMAH IMAN. Bermaksud jika hati sudah tidak lagi mengingkari perkara mungkar, itu menunjukkan iman di hati sudah tiada.
Ibnu Mas’ud pernah mendengar seseorang berkata, “Celakalah orang yang tidak mengetahui perkara yang ma’ruf dan mungkar dengan hatinya.”
Mengingkari kemungkaran dengan tangan dan lisan perlu disesuaikan dengan kemampuan tetapi mengetahui perkara-perkara yang ma’ruf dan mungkar dengan hati hukumnya WAJIB. Kewajipan ini tidak gugur daripada sesiapa pun dan celakalah bagi sesiapa yang tidak mengetahuinya.
Sabda Nabi saw, “Sesiapa yang melihat kemungkaran......” menunjukkan isyarat bahawa pengingkaran di sini berkait dengan penglihatan dan melihat juga membawa arti mengetahui dengan akal. Maksud mungkar adalah segala yang diharamkan oleh Allah dan juga diharamkan oleh Rasul-Nya.
“Siapa yang melihat kemungkaran maka ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman.” Jika dilihat di dalam konteks ayat ini, ianya menunjukkan tahap-tahap dalam mengubah kemungkaran. Bermaksud apabila seseorang itu melihat kemungkaran maka perlulah dia mengubah kemungkaran tersebut dengan tangan (jika dia memiliki kekuasaan dan kekuatan), jika tidak mampu maka hendaklah dia ubah dengan lisannya (yaitu dengan memberi teguran atau nasihat), kemudian barulah dengan hati (yakni membencinya di dalam hati).
Amar ma’ruf nahi mungkar hukumnya WAJIB bagi kaum Muslimin.
Allah berfirman,
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Maksudnya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar ; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Surah Ali Imran : 104)
Ayat ini menjelaskan tentang kewajiban amar ma’ruf dan nahi mungkar kerana Allah berfirman, “Dan hendaklah.....” adalah bentuk amar (perintah) dan zahir kata amar menunjukkan arti WAJIB.
Allah juga berfirman, yang artinya:
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka ta'at pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Surah At-Taubah : 71)
Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahawa orang beriman adalah mereka yang melaksanakan amar ma’ruf dan nahi mungkar. Oleh yang demikian, orang yang meninggalkan perbuatan amar ma’ruf dan nahi mungkar tidak termasuk di dalam golongan orang yang beriman sebagaimana yang dinyatakan oleh Allah swt di dalam ayat ini.
Allah berfirman, yang artinya:
“Telah dilaknat orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan mungkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.” (Surah Al-Ma'idah : 78-79)
Itulah ketegasan Allah dalam perihal amar ma’ruf dan nahi mungkar ini. Mereka yang meninggalkan perbuatan amar ma’ruf dan nahi mungkar ini berhak mendapat laknat. Jadi berhati-hatilah jika dalam suatu negeri atau kampung tidak dilaksanakan lagi Amar ma'ruf nahi munkar maka Allah SWT berhak menurunkan azab pada negeri atau kampung itu.
Wallahu’alam...
Ibnu Mas’ud pernah mendengar seseorang berkata, “Celakalah orang yang tidak mengetahui perkara yang ma’ruf dan mungkar dengan hatinya.”
Mengingkari kemungkaran dengan tangan dan lisan perlu disesuaikan dengan kemampuan tetapi mengetahui perkara-perkara yang ma’ruf dan mungkar dengan hati hukumnya WAJIB. Kewajipan ini tidak gugur daripada sesiapa pun dan celakalah bagi sesiapa yang tidak mengetahuinya.
Sabda Nabi saw, “Sesiapa yang melihat kemungkaran......” menunjukkan isyarat bahawa pengingkaran di sini berkait dengan penglihatan dan melihat juga membawa arti mengetahui dengan akal. Maksud mungkar adalah segala yang diharamkan oleh Allah dan juga diharamkan oleh Rasul-Nya.
“Siapa yang melihat kemungkaran maka ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman.” Jika dilihat di dalam konteks ayat ini, ianya menunjukkan tahap-tahap dalam mengubah kemungkaran. Bermaksud apabila seseorang itu melihat kemungkaran maka perlulah dia mengubah kemungkaran tersebut dengan tangan (jika dia memiliki kekuasaan dan kekuatan), jika tidak mampu maka hendaklah dia ubah dengan lisannya (yaitu dengan memberi teguran atau nasihat), kemudian barulah dengan hati (yakni membencinya di dalam hati).
Amar ma’ruf nahi mungkar hukumnya WAJIB bagi kaum Muslimin.
Allah berfirman,
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Maksudnya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar ; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Surah Ali Imran : 104)
Ayat ini menjelaskan tentang kewajiban amar ma’ruf dan nahi mungkar kerana Allah berfirman, “Dan hendaklah.....” adalah bentuk amar (perintah) dan zahir kata amar menunjukkan arti WAJIB.
Allah juga berfirman, yang artinya:
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka ta'at pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Surah At-Taubah : 71)
Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahawa orang beriman adalah mereka yang melaksanakan amar ma’ruf dan nahi mungkar. Oleh yang demikian, orang yang meninggalkan perbuatan amar ma’ruf dan nahi mungkar tidak termasuk di dalam golongan orang yang beriman sebagaimana yang dinyatakan oleh Allah swt di dalam ayat ini.
Allah berfirman, yang artinya:
“Telah dilaknat orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan mungkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.” (Surah Al-Ma'idah : 78-79)
Itulah ketegasan Allah dalam perihal amar ma’ruf dan nahi mungkar ini. Mereka yang meninggalkan perbuatan amar ma’ruf dan nahi mungkar ini berhak mendapat laknat. Jadi berhati-hatilah jika dalam suatu negeri atau kampung tidak dilaksanakan lagi Amar ma'ruf nahi munkar maka Allah SWT berhak menurunkan azab pada negeri atau kampung itu.
Wallahu’alam...
0 comments:
Post a Comment