Monday, April 15, 2013

Uswatun Hasanah


Uswatun hasanah terdiri dari dua rangkaian kalimat, uswah dan hasanah. Uswah (أُسْوَةٌ) berarti قدوة ; ikutan, panutan. Hasanah bermakna “yang baik”. Uswatun Hasanah adalah contoh suri teladan yang baik. Bagi umat islam tokoh utama yang menjadi uswatun hasanah tak lain adalah Rasulullah saw. Hal ini Allah sebut dalam Al-Quran surat Al-Ahzab ayat 33:
 لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
 “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu uswatun hasanah (suri teladan yang baik) bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzaab: 21) 
Ayat ini turun ketika terjadi perang Khandaq. Waktu itu , Rasulullah dan para sahabatnya menggali parit di sebelah utara kota Madinah sebagai benteng pertahanan dalam menghadapi koalisi musuh gabungan antara kaum jahiliyah Mekah dengan bala bantuan Yahudi dan Nasrani Madinah. Parit yang digali itu cukup panjang, lebar dan dalam. Perbekalan yang tersedia sangat menipis , sehingga para sahabat terpaksa mengganjal perutnya dengan batu sebagai penahan rasa lapar. Beberapa sahabat datang kepada Rasulullah mengadukan keadaan mereka yang kelaparan, sambil memperlihatkan perutnya yang diganjal batu. Maka Rasulullah pun membukakan bagian perutnya, dan nampaklah dua buah batu mengganjal perut beliau, kemudian turunlah surat al-ahzab ayat 21 di atas . 
Rasulullah memberi teladan yang baik kalau para sahabat hanya diganjal dengan satu buah batu, beliau malah diganjal dengan dua buah batu, disini jelas bahwa rasulullah lebih merasakan lapar dari pada sahabat–sahabatnya, ini memberi contoh bahwa pemimpin tidak boleh hanya mengutamakan diri sendiri, tetapi harus memperhatikan nasib rakyatnya. Sebagai uswatun hasanah, Rasulullah memiliki budi pekerti yang luar biasa. Allah memuji budi pekerti Rasulullah dalam surat Al Qalam ayat 4: 
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ
 "Sesungguhnya engkau memiliki budi perkerti yang agung "(QS Al-Qalam ayat 4) 
Karena keluhuran akhlak beliau, maka Allah jadikan semua perkataan, perbuatan dan ketetapan beliau sebagai landasan hukum bagi umat islam yang ke dua setelah Al-Quran. Ummul Mukminin, siti Aisyah ra menggambarkan bagaimana luhurnya budi pekerti Rasulullah ketika ditanyakan kepada beliau bagaimana akhlak Rasulullah, dengan ungkapan beliau “akhlak Rasulullah adalah Al-Quran”. Keluhuran budi pekerti Rasulullah berada pada semua aspek. Rasulullah merupakan suri teladan yang sempurna. Sebagai seorang pemimpin agama, beliau memperlihatkan akhlak seorang Nabi yang berjuang dengan santun, sabar, dan ikhas. Dalam berdakwa beliau tabah menghadapi gangguan dari musuh-musuh beliau yang tak lain berasal dari kaum beliau sendiri. 
Ketika berdakwah ke kota Thaif, Rasulullah mendapat perlakuan kasar, dilempari kotoran dan hewan batu sampai kaki beliau terluka. Dalam keadaan demikian Allah memberikan izin kepada malaikat penjaga gunung untuk membalikkan gunung keatas kaum Thaif bila Rasulullah kehendaki. Namun Rasulullah saw malah berdoa supaya Allah melahirkan dari keturunan mereka kaum yang menyembah Allah swt, tidak mempersekutukanNya. 
Sebagai seorang pemimpin negara, Rasulullah memperlihatkan kepada umatnya bagaimana seharusnya akhlak seorang pemimpin. Beliau menjadi seorang pemimpin yang memecahkan masalah dengan musyawarah, padahal pandangan beliau sendiri sudah cukup tanpa perlu bermusyawarah dengan para shahabat. Cara dan metode Rasulullah dalam memimpin umat diikuti oleh empat shahabat utama beliau yang memerintah setelah wafat Rasulullah, sehingga dijuluki dengan Khulafaur Rasyidin; para pengganti yang mendapat petunjuk.
Dalam kehidupan rumah tangga, Rasulullah juga menjadi contoh suami yang baik, selalu bersikap sabar, arif, dan mencintai keluarganya, berlaku adil terhadap istri-istri beliau. Beliau tidak terlalu menyibukkan istri-istrinya, bahkan kalau ada pakaian yang koyak, Rasulullah menambalnya sendiri tanpa perlu menyuruh isterinya. Beliau juga memerah susu kambing untuk keperluan keluarga maupun untuk dijual. Rasulullah juga memberikan contoh hidup zuhud di dunia ini. 
Dalam satu riwayat dikisahkan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma, dia berkata, "Umar bin Al-Khaththab ra. bercerita kepadaku, "Aku pernah memasuki rumah Rasulullah Shallailahu Alaihi wa Sallam, yang saat itu beliau sedang berbaring di atas selembar tikar. Setelah aku duduk di dekat beliau, aku baru tahu bahwa beliau juga menggelar kain mantelnya di atas tikar, dan tidak ada sesuatu yang lain, Tikar itu telah menimbulkan bekas guratan di lambung beliau. Aku juga melihat di salah satu pojok rumah beliau ada satu takar gandum. Di dinding tergantung selembar kulit yang sudah disamak. Melihat kesederhanaan ini kedua mataku meneteskan air mata. Mengapa engkau menangis wahai Ibnul-Khaththab?" tanya beliau "Wahai Nabi Allah, bagaimana aku tidak menangis jika melihat gurat-gurat tikar yang membekas di lambung engkau itu dan lemari yang hanya diisi barang itu? Padahal Kisra dan Kaisar hidup di antara buab-buahan dan sungai yang mengalir. Engkau adalah Nabi Allah dan orang pilihan-Nya, sementara lemari engkau hanya seperti itu. Rasulullah menjawab "Wahai Ibnul-Khaththab, apakah engkau tidak ridha jika kita mendapatkan akhirat, sedangkan mereka hanya mendapatkan dunia? "
Kedudukan Rasulullah sebagai uswatun hasanah dengan akhlak yang luhur merupakan salah satu hikmah diutusnya beliau ke muka bumi ini yang merupakan rahmat bagi seluruh alam. Dalam satu hadits Rasulullah bersabda:
 إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق 
Artinya: “saya diutus untuk menyempurnakan akhlak” 
Dengan akhlak yang luhur tersebutlah, beliau mampu mengajak umat untuk beriman hanya dalam jangka waktu yang singkat. Keberhasilah dakwah Rasulullah saw tidak terlepas dari akhlak mulai beliau, dalam surat Ali Imran ayat 159 Allah berfirman: 
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ 
Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” 
Semua kalangan mengakui bahwa Rasulullah merupakan seorang tokoh yang memiliki sifat luhur. Semenjak kecil beliau telah dijukuli dengan “Al-Amin” yang berarti “orang terpercaya”. Bahkan Michael H. Hart dalam bukunya 100 Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah menjatuhkan pilihannya kepada Nabi Muhammad dalam urutan pertama daftar 100 Tokoh Paling berpengaruh di dunia. Ia mengatakan “saya berpegang pada keyakinan saya, dialah Nabi Muhammad satu-satunya manusia dalam sejarah yang berhasil meraih sukses-sukses luar biasa baik ditilik dari ukuran agama maupun ruang lingkup duniawi. Berasal-usul dari keluarga sederhana, Muhammad menegakkan dan menyebarkan salah satu dari agama terbesar di dunia, Agama Islam. Dan pada saat yang bersamaan tampil sebagai seorang pemimpin tangguh, tulen, dan efektif. Kini tiga belas abad sesudah wafatnya, pengaruhnya masih tetap kuat dan mendalam serta berakar”. Semoga Allah memberikan kemampuan kepada kita untuk selalu meneladani Rasulullah saw. Menjadikan beliau sebagai panutan dalam kehidupan. Sebagaimana yang telah dicontohkan oleh umat-umat Islam pada generasi shahabat dan tabi`in. Amiin Ya Rabbal `Alamin.

0 comments:

Post a Comment