لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو
اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada
pada (diri) Rasulullah itu uswatun hasanah (suri teladan yang baik) bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzaab: 21)
Ayat ini turun ketika
terjadi perang Khandaq. Waktu itu , Rasulullah dan para sahabatnya menggali
parit di sebelah utara kota
Madinah sebagai benteng pertahanan dalam menghadapi koalisi musuh gabungan
antara kaum jahiliyah Mekah dengan bala bantuan Yahudi dan Nasrani Madinah.
Parit yang digali itu cukup panjang, lebar dan dalam. Perbekalan yang tersedia
sangat menipis , sehingga para sahabat terpaksa mengganjal perutnya dengan batu
sebagai penahan rasa lapar. Beberapa sahabat datang kepada Rasulullah
mengadukan keadaan mereka yang kelaparan, sambil memperlihatkan perutnya yang
diganjal batu. Maka Rasulullah pun membukakan bagian perutnya, dan nampaklah
dua buah batu mengganjal perut beliau, kemudian turunlah surat al-ahzab ayat 21 di atas .
Rasulullah
memberi teladan yang baik kalau para sahabat hanya diganjal dengan satu buah
batu, beliau malah diganjal dengan dua buah batu, disini jelas bahwa rasulullah
lebih merasakan lapar dari pada sahabat–sahabatnya, ini memberi contoh bahwa
pemimpin tidak boleh hanya mengutamakan diri sendiri, tetapi harus
memperhatikan nasib rakyatnya. Sebagai uswatun hasanah, Rasulullah memiliki
budi pekerti yang luar biasa. Allah memuji budi pekerti Rasulullah dalam surat
Al Qalam ayat 4:
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ
"Sesungguhnya engkau memiliki
budi perkerti yang agung "(QS Al-Qalam ayat 4)
Karena keluhuran akhlak beliau,
maka Allah jadikan semua perkataan, perbuatan dan ketetapan beliau sebagai
landasan hukum bagi umat islam yang ke dua setelah Al-Quran. Ummul Mukminin,
siti Aisyah ra menggambarkan bagaimana luhurnya budi pekerti Rasulullah ketika
ditanyakan kepada beliau bagaimana akhlak Rasulullah, dengan ungkapan beliau
“akhlak Rasulullah adalah Al-Quran”. Keluhuran budi pekerti Rasulullah berada pada
semua aspek. Rasulullah merupakan suri teladan yang sempurna. Sebagai seorang
pemimpin agama, beliau memperlihatkan akhlak seorang Nabi yang berjuang dengan
santun, sabar, dan ikhas. Dalam berdakwa beliau tabah menghadapi gangguan dari
musuh-musuh beliau yang tak lain berasal dari kaum beliau sendiri.
Ketika
berdakwah ke kota
Thaif, Rasulullah mendapat perlakuan kasar, dilempari kotoran dan hewan batu
sampai kaki beliau terluka. Dalam keadaan demikian Allah memberikan izin kepada
malaikat penjaga gunung untuk membalikkan gunung keatas kaum Thaif bila
Rasulullah kehendaki. Namun Rasulullah saw malah berdoa supaya Allah melahirkan
dari keturunan mereka kaum yang menyembah Allah swt, tidak mempersekutukanNya.
Sebagai seorang pemimpin negara, Rasulullah memperlihatkan kepada umatnya
bagaimana seharusnya akhlak seorang pemimpin. Beliau menjadi seorang pemimpin
yang memecahkan masalah dengan musyawarah, padahal pandangan beliau sendiri
sudah cukup tanpa perlu bermusyawarah dengan para shahabat. Cara dan metode
Rasulullah dalam memimpin umat diikuti oleh empat shahabat utama beliau yang
memerintah setelah wafat Rasulullah, sehingga dijuluki dengan Khulafaur
Rasyidin; para pengganti yang mendapat petunjuk.
Dalam kehidupan rumah tangga,
Rasulullah juga menjadi contoh suami yang baik, selalu bersikap sabar, arif,
dan mencintai keluarganya, berlaku adil terhadap istri-istri beliau. Beliau
tidak terlalu menyibukkan istri-istrinya, bahkan kalau ada pakaian yang koyak,
Rasulullah menambalnya sendiri tanpa perlu menyuruh isterinya. Beliau juga
memerah susu kambing untuk keperluan keluarga maupun untuk dijual. Rasulullah
juga memberikan contoh hidup zuhud di dunia ini.
Dalam satu riwayat dikisahkan dari
Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma, dia berkata, "Umar bin Al-Khaththab ra.
bercerita kepadaku, "Aku pernah memasuki rumah Rasulullah Shallailahu
Alaihi wa Sallam, yang saat itu beliau sedang berbaring di atas selembar tikar.
Setelah aku duduk di dekat beliau, aku baru tahu bahwa beliau juga menggelar
kain mantelnya di atas tikar, dan tidak ada sesuatu yang lain, Tikar itu telah
menimbulkan bekas guratan di lambung beliau. Aku juga melihat di salah satu
pojok rumah beliau ada satu takar gandum. Di dinding tergantung selembar kulit
yang sudah disamak. Melihat kesederhanaan ini kedua mataku meneteskan air mata.
Mengapa engkau menangis wahai Ibnul-Khaththab?" tanya beliau "Wahai
Nabi Allah, bagaimana aku tidak menangis jika melihat gurat-gurat tikar yang
membekas di lambung engkau itu dan lemari yang hanya diisi barang itu? Padahal
Kisra dan Kaisar hidup di antara buab-buahan dan sungai yang mengalir. Engkau
adalah Nabi Allah dan orang pilihan-Nya, sementara lemari engkau hanya seperti
itu. Rasulullah menjawab "Wahai Ibnul-Khaththab, apakah engkau tidak ridha
jika kita mendapatkan akhirat, sedangkan mereka hanya mendapatkan dunia? "
Kedudukan Rasulullah sebagai uswatun hasanah dengan akhlak yang luhur merupakan
salah satu hikmah diutusnya beliau ke muka bumi ini yang merupakan rahmat bagi
seluruh alam. Dalam satu hadits Rasulullah bersabda:
إنما بعثت لأتمم مكارم
الأخلاق
Artinya: “saya diutus untuk menyempurnakan akhlak”
Dengan akhlak yang luhur
tersebutlah, beliau mampu mengajak umat untuk beriman hanya dalam jangka waktu
yang singkat. Keberhasilah dakwah Rasulullah saw tidak terlepas dari akhlak
mulai beliau, dalam surat Ali Imran ayat 159 Allah berfirman:
فَبِمَا رَحْمَةٍ
مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا
مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ
فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ
الْمُتَوَكِّلِينَ
Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku
lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam
urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”
Semua kalangan mengakui bahwa Rasulullah merupakan seorang tokoh yang memiliki
sifat luhur. Semenjak kecil beliau telah dijukuli dengan “Al-Amin” yang berarti
“orang terpercaya”. Bahkan Michael H. Hart dalam bukunya 100 Tokoh yang Paling
Berpengaruh dalam Sejarah menjatuhkan pilihannya kepada Nabi Muhammad dalam
urutan pertama daftar 100 Tokoh Paling berpengaruh di dunia. Ia mengatakan
“saya berpegang pada keyakinan saya, dialah Nabi Muhammad satu-satunya manusia
dalam sejarah yang berhasil meraih sukses-sukses luar biasa baik ditilik dari
ukuran agama maupun ruang lingkup duniawi. Berasal-usul dari keluarga
sederhana, Muhammad menegakkan dan menyebarkan salah satu dari agama terbesar
di dunia, Agama Islam. Dan pada saat yang bersamaan tampil sebagai seorang
pemimpin tangguh, tulen, dan efektif. Kini tiga belas abad sesudah wafatnya,
pengaruhnya masih tetap kuat dan mendalam serta berakar”. Semoga Allah
memberikan kemampuan kepada kita untuk selalu meneladani Rasulullah saw.
Menjadikan beliau sebagai panutan dalam kehidupan. Sebagaimana yang telah
dicontohkan oleh umat-umat Islam pada generasi shahabat dan tabi`in. Amiin Ya
Rabbal `Alamin.
0 comments:
Post a Comment