Bersin adalah sesuatu yang disukai Allah Ta’ala, dan bahkan bersin itu adalah pemberian dari Allah.
Sebagaimana disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Bersin itu dari Allah dan menguap itu dari syaithon. Jika salah
seorang diantara kalian menguap, hendaknya dia menutup dengan
tangannya. Jika ia mengatakan, “aah…” berarti syaithon sedang tertawa
di dalam perutnya. Sesungguhnya Allah menyukai perbuatan bersin dan
membenci menguap.” (Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, no. 2746; al-Hakim, IV/264; Ibnu Khuzaimah, no. 921 dan Ibnu Sunni dalam kitab ‘Amalul Yaum wal Lailah, no. 2666. Hadits ini dinilai shohih oleh al-Albani dalam Shohiih al-Jaami’, no. 4009).
Agar bersin yang kita lakukan bisa mendatang pahala di sisi Allah Ta’ala, maka hendaklah kita memperhatikan adab-adab yang diajarkan oleh Nabi kita, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, tatkala kita sedang bersin. Berikut ini adalah adab-adab yang harus kita perhatikan ketika bersin. Semoga Allah Ta’ala memberikan pertolongan kepada kita untuk mengamalkannya.
1. Meletakkan Tangan Atau Baju ke Mulut Ketika Bersin
Salah satu akhlaq mulia yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika bersin adalah menutup mulut dengan tangan atau baju. Hal ini sebagaimana yang biasa dilakukan oleh Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala beliau bersin.
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menceritakan,
“Tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersin, beliau
meletakkan tangan atau bajunya ke mulut dan mengecilkan suaranya.” (Diriwayatkan
oleh Abu Dawud, no. 5029; at-Tirmidzi, no. 2745 dan beliau
menshohihkannya. Diriwayatkan pula oleh al-Hakim, IV/293, beliau
menshohikannya dan disepakati oleh adz-Dzahabi).
Di antara hikmahnya, kadangkala ketika seseorang itu bersin,
keluarlah air liur dari mulutnya sehingga dapat menggangu orang yang ada
disebelahnya, atau menjadi sebab tersebarnya penyakit dengan ijin
Allah Ta’ala. Maka tidak layak bagi seorang muslim menyakiti
saudaranya atau membuat mereka lari. Dan sebaik-baik petunjuk adalah
petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
2. Mengecilkan Suara Ketika Bersin
Hal ini sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits di atas.
Dalam redaksi yang lainnya disebutkan,
“Apabila salah seorang dari kalian bersin hendaklah ia meletakkan tangannya ke wajahnya dan mengecilkan suaranya.” (Diriwayatkan oleh al-Hakim, IV/264 dan beliau menshohihkannya. Disepakati pula oleh adz-Dzahabi, dan al-Baihaqi dalam asy-Syu’ab, no. 9353. Hadits ini dinilai hasan oleh al-Albani dalam Shohiih al-Jaami’, no. 685)
Betapa banyaknya orang yang terganggu atau terkejut dengan kerasnya
suara bersin. Maka sudah selayaknya setiap muslim mengecilkan suaranya
ketika bersin sehingga tidak mengganggu atau mengejutkan orang-orang
yang ada di sekitarnya.
3. Memuji Allah Ta’ala Ketika Bersin
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan umatnya untuk mengucapkan tahmid tatkala bersin. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Jika salah seorang di antara kalian bersin, hendaklah ia
mengucapkan Alhamdulillah, jika ia mengatakannya maka hendaklah
saudaranya atau temannya membalas: yarhamukalloh (semoga Allah
merahmatimu). Dan jika temannya berkata yarhamukallah, maka ucapkanlah:
yahdikumulloh wa yushlihu baalakum (semoga Allah memberimu petunjuk dan
memperbaiki keadaanmu).” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhori, no. 6224 dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
Dalam redaksi lainnya disebutkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan membenci menguap. Jika
salah seorang dari kalian bersin dan memuji Allah, maka wajib atas
setiap muslim yang mendengarnya untuk mengucapkan tasymit
(yarhamukalloh) …” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 6226 dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
4. Mengingatkan Orang Yang Bersin Agar Mengcapkan Tahmid Jika Ia Lupa
Jika kita mendapati orang yang bersin namun tidak memuji Allah Ta’ala, hendaklah kita mengingatkannya. Ini termasuk bagian dari nasihat.
‘Abdullah bin al-Mubarak melihat orang lain bersin tapi tidak mengucapkan Alhamdulillah, maka beliau berkata kepadanya, “Apa yang seharusnya diucapkan seseorang jika ia bersin?” Orang itu mengatakan, “Alhamdulillah.” Maka Ibnul Mubarak menjawab, “Yarhamukalloh.”
5. Tidak Perlu Mendo’akan Orang Yang Sudah Bersin Tiga Kali Berturut-Turut
Demikianlah sunnah yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam. Beliau bersabda:
“Jika salah seorang dari kalian bersin, hendaklah orang yang ada
di dekatnya mendo’akannya. Dan jika (ia bersin) lebih dari tiga kali
berarti ia sakit. Janganlah kalian men-tasymit bersinnya setelah tiga
kali.” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud, no. 5034; Ibnus Sunni, no.
251; dan Ibnu ‘Asakir, 8/257. Hadits ini dinilai shohih oleh al-Albani
dalam Shohiih al-Jaami’, no. 684)
Dalam redaksi lainnya disebutkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Do’akanlah saudaramu yang bersin tiga kali dan bila lebih dari itu berarti ia sedang sakit.” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud, no. 5034 dan al-Baihaqi dalam Syu’abul Iiman, 7/32. Hadits ini dinilai hasan oleh al-Albani dalam al-Misykah, no. 4743)
Ada seorang laki-laki bersin di hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa salla. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Yarhamukalloh.” Kemudian ia bersin lagi, maka Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda:
“Laki-laki ini sedang sakit.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 2993)
6. Tidak Mengucapkan Tasymit Terhadap Orang Kafir Yang Bersin Meskipun Ia Mengucapkan Alhamdulillah
Diriwayatkan dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, ia mengatakan,
Dahulu orang Yahudi sengaja bersin di dekat Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam dengan harapan Nabi mengatakan, “yarhamukumulloh
(semoga Allah merahmatimu)” tetapi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengatakan: “Yahdikumulloh wa yushlihu baalakum (semoga Allah memberimu
petunjuk dan memperbaiki keadaanmu).” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud, no. 5038 dan At-Tirmidzi, no. 2739. Imam at-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shohih).
Dikutip dari buku Panduan Amal Sehari Semalam, karya Abu Ihsan Al-Atsary dan Ummu Ihsan Chairiyah, cetakan ke-3, hal. 277 – 280, dengan sedikit perubahan kata.
0 comments:
Post a Comment